|
Pengajian Ihya Ulumuddin di Masjid Agung Brebes -Doc BU |
Brebes (dmibrebeskab.id) - Jika orang bertambah makrifat maka tambah takut dengan kekuasaan Allah SWT, misalkan kita sakit dengan sabar maka akan bertambah derajatnya dan dibalik cobaan ada hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia, namun bila sebaliknya saat sakit kemudian merasa mengeluh maka yang bersangkutan berarti kurang iman akan ketaqwaannya.
Demikian diutarakan KH Subhan Makmun pada pengajian kitab Ihya Ulumuddin di Masjid Agung Brebes, Rabu (10/10/2018).
Lanjut kyai Subhan, Rosullullah shollahu'alaihi wa sallam bersabda yang artinya sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, jika mendapatkan kebaikan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapatkan kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya (HR.Muslim).
Hidup ini tidak akan lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunnatullah dalam kehidupan. Ujian penyakit yang diberikan adalah hukuman dosa yang pernah dilakukan. Bila kita diberi cobaan sakit, berarti dosa kita akan dihapus sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi.
Tidak ada satu pun seorang manusia yang bisa mengoreksi sejatine Allah SWT, manusia hanya tahu sifatnya Arrahman, Arrokhim ataupun lainnya, tapi manusia tidak tahu kapan Manusia itu diberikan kategori masuk surga atau belum. Itulah sejatinya kekuasaan Allah kepada manusia.
Walaupun kita masuk kriteria di dalam syarat mematuhi perintah dan menjauhi larangannya, belum tentu Allah SWT melalui kekuasaanNya manusia dimasukan ke surga.
Allah SWT itu mempunyai hak preogratif kepada umatnya, karena Allah tahu hatinya manusia dan perbuatannya, namun manusia tidak paham apa yang sudah dilakukan terkadang lupa atas perbuatan yang dilakukan, makanya walaupun kita ini golongan orang yang taat kepada perintah Allah SWT tetap kita harus takut dengan kekuasaan Allah SWT.
Jangan sampai kita suka mengkafirkan seseorang, belum tentu yang dituduhkan itu kafir, khawatir yang dituduhkan ternyata bisa baca alquran atau ahli ibadah.
Penggalan hadits HR Bukhari Muslim, barangsiapa memanggil dengan sebutan kafir atau musuh Allah padahal yang bersangkutan tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh.
Prinsip kehati-hatian yang terkandung dalam hadits diatas, maka para ulama berhati-hati untuk menjatuhkan vonis kafir kepada sesama muslim. Wajib baginya menahan diri dari ucapannya. Lebih baik kita bilang dia islam ketimbang keliru mengatakan kafir. (Bahrul Ulum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar